Jumat, 20 November 2009

Kucing


Siapa yang tak kenal binatang yang satu ini. Namanya si-kucing. Terkenal sangat tangkas, lincah dan sigap terhadap mangsanya. Matanya sangat tajam, mencorong kebiruaan bila dikegelapan. Kadang-kadang hidup sebagai binatang liar dan kadang pula menjadi binatang peliharaan manusia.
Binatang yang satu ini memiliki insting yang sangat kuat terhadap sesuatu yang menjadi target buruannya. Dengan sabar dan konsentrasi yang tinggi, ditunjang kecepatan yang dimilikinya dalam sekejap mangsa yang menjadi target buruannyapun dapat ditangkapnya.
Kucing oleh sebagian orang dijadikan binatang keramat, dalam arti tidak ada yang berani berbuat macam-macam bila sengaja maupun tidak sengaja membuat hewan tersebut tewas. Bagi mereka harus menggantinya dengan kompensasi yaitu mau merawat bangkai si-kucing dengan mengkuburkannya. Bila tidak mereka meyakini akan mendapat "karma" yang berupa "kesialan" atau nasib buruk yang bakal menimpanya kelak. Banyak sudah kejadian yang terjadi sehubungan dengan kesialan mereka yang telah membuat binatang yang satu ini "tewas". Itupun bala yang diterimanya tidak seberapa lama waktunya.
Entah pengalaman kejadian ataupun "gugon Tuhon" (takhayul) yang ditanamkan oleh orang atau pihak-pihak yang merasa pernah mendapatkan "kesialan" ketika mencelakakan si-kucing sebelumnya. Hingga sekarang, di jaman yang serba rasional dan mengutamakan logika binatang yang satu ini masih menakutkan.
Lain halnya dengan binatang yang lain, mereka tak memiliki beban apapun walaupun baru saja secara sengaja ataupun tidak sengaja telah mencelakakannya hingga tewas. Bangkainya-pun kadang-kadang dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya menyingkirkannya bahkan punya niatan untuk menguburkannya. Beban takut akan mendapatkan "kesialan" sama sekali tak membekas dalam benak dan pikiran mereka.Jadi benar, kucing bagi sebagian besar masyarakat dianggap binatang yang keramat (malati = Bhs. Jawa).
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar